Jumat, 02 Desember 2016

Sifat-sifat Koloid

Koloid memunyai sifat-sifat yang khas, antara lain sebagai berikut:
1.    Efek Tyndall
Efek Tyndall merupakan terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menhamburkan sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya.
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati antara lain pada:
a.    Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu,
b.    Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut,
c.    Berkas sinar matahari melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut.

2.    Gerak Brown
Apabila partikel koloid diamati di bawah mikroskop pada pembesaran yang tinggi (atau mikroskop ultra) akan terlihat partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan arah acak (tak beraturan) atau patah-patah (gerak zig-zag). Gerakan zig-zag partikel koloid disebut gerak Brown (penemunya Robert Brown).

Gerak Brown terjadi sebagai akibat adanya tumbukan dari molekul-molekul pensispersi terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar.
Dalam suspensi, tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown akan tetapi tidak dapat diamati.

Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown, karena energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang kuat.

Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Partikel-partikel koloid relatif stabil, karena partikelnya bergerak terus-menerus, maka gaya gravitasi dapat diimbangi sehingga tidak terjadi sedimentasi.

3.    Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan disebut adsorpsi, jika penyerapannya sampai ke bawah pemukaan disebut absorpsi. Kemampuan menarik ini disebabkan adanya tegangan permukaan yang cukup tinggi.

Muatan koloid merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Selain dari ion, partikel koloid juga menarik muatan dari listrik statis. Karena ada peristiwa adsorpsi partikel koloid bermuatan listrik, maka jika koloid diletakkan dalam medan listrik, partikelnya akan bergerak menuju kutub yang muatannya berlawanan. Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis.

Peristiwa elektroforesis ini dimanfaatkan untuk menyaring debu pabrik pada cerobong asap (pesawat Cottrel).

Pengendap Cottrel digunakan dalam industri untuk :
a.    Mencegah polusi udara oleh buangan beracun
b.    Memperoleh kembali debu yang berharga (debu logam)

Sifat adsorpsi dari koloid digunakan untuk:
a.    Pemutihan gula (dengan arang tulang)
b.    Penjernihan air (ditambah tawas/aluminium sulfat)
c.    Pembuatan obat norit. Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika diminum, di dalam usus norit akan membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau racun.

4.    Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Contohnya pembuatan tahu. Dari sari kedelai ditambah asam asetat/cuka.

Contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari
1.    Pembentukan delta di muara sungai, terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut
2.    Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik Cottrel

3.    Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format

Kamis, 01 Desember 2016

Suspensi, larutan dan koloid

Pemisahan Campuran
dok.PLPG Kimia Tahun 2010 

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu suspensi, koloid dan larutan.
1.    Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel terdispersi yang relatif besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya. Pada umumnya suspensi merupakan campuran heterogen.
Contoh : pasir yang dicampur dengan air
Dalam sistem dispersi tersebut, partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop atau dengan mata telanjang. Apabila suspensi tidak diaduk terus-menerus, partikel terdispersi akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Oleh karena itu, suspensi tidak stabil. Semakin besar ukuran partikel terdispersi, semakin cepat pengendapan itu terjadi.
Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan atau filtrasi. Karena ukuran partikel terdispersinya besar, maka partikel-partikel terdispersi akan tertinggal di kertas saring.

2.    Larutan
Larutan merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel-partikelnya sangat kecil. Partikel pendispersi dan partikel terdispersi tidak dapat diamati (dibedakan) meskipun dengan mikroskop ultra. Larutan merupakan campuran homogen karena tingkat ukuran partikelnya adalah molekul atau ion-ion, sehingga sukar dipisahkan dengan penyaringan dan centrifuge (pemusing).
Ukuran partikel zat terdispersi dan medium pendispersinya hampir sama, maka sifat zat pendispersi dalam larutan akan berpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi.

3.    Koloid
Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan Kristal tetapi sukar mengalami difusi, padahal umumnya Kristal  mudah mengalami difusi. Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm – 100 nm. Oleh karena ukuran partikel relative kecil, system koloid tidak dapat diamati dengan mata langsung (mata telanjang), tetapi diamati dengan mikroskop ultra.
Contoh : susu, santan, jeli, mentega, mayones, selai.